
So sorry, the picture looks so small. Ini hasil nyari di search engine kayak yahoo dan google. Gak ada yang pixelnya gede, biar keliatan disini. Pengen sih nge-scan cover bukunya, tapi kok gue males ajaaahh :p.
Agak sedikit kaget campur penasaran, waktu pertama kali ada nama Tamara Geraldine as an author on that book. Tamara? Nulis? Since when? Penasaran sama isi bukunya, gue langsung nyari versi yang udah kebuka cover nya di toko buku Gramedia. Dan... yahh.. inilah gak enaknya hunting buku di toko buku 'biasa', selalu ajah gak nyediain versi dummy nya. Gak kayak aksara, QB (yang sayangnya udah gak buka lagi), ato Kinokuniya. Padahal apa sih ruginya ngasih satu buku aja buat dijadiin dummy. Toko CD aja ngga pernah complain kalo kita buka covernya minta dengerin lagu-lagu nya walaupun kita ngga beli. Padahal harga CD sama buku kan rata-rata mahalan CD!!! (GRRRRrrrrrr... kesel pelit banget sih)
Karena ngga berani ambil resiko beli buku jelek, akhirnya gue musti nunda dulu buat beli bukunya Tamara, dan milih buku laen yang gue tau udah jelas bagus setelah liat dummy-nya (ato Gramedia sirik sama Tamara, makanya bukunya Tamara gak dikasih dummy, hihihi... ngadu domba banget nih gue)
The next month, gue memantapkan diri buat beli bukunya Tamara, stelah diyakinin sama Gil (temen gue yang gila buku jg), kalo bukunya dia bagus.
Dan emang gak nyesel. Banget. Baguuuusss... Buku ini bukan novel yang panjang dan bikin sesek mata pas bacanya. Tapi ini kumpulan 12 cerpen yang tiap ceritanya selalu bikin gue tambah semangat buat baca terus sampe abis.
Gue bener-bener gak nyangka. Seorang Tamara bisa punya daya imajinasi se liar ini. Bahasanya jauh dari puitis apalagi mendayu-dayu. Cenderung keras (bukan kasar), straight to the point dan tajam menohok. Satu lagi, dia bisa ngasih gambaran ke gue about others life yang mungkin jauh dari perkiraan gue dan mungkin orang-orang lainnya, tapi itu ada. Riil.
Kayak di salah satu Cerpennya yang judulnya U Turn. Nyeritain gimana seorang ibu yang punya suami doyan having sex sama pelacur. Tiap malam, si ibu ini menyilet tanggannya buat ngilangin perihnya hati. Darah dari lukanya ini, di ulas ke tembok kamarnya. Waktu si ibu ini milih buat cerai, anak semata wayangnya ngga terima dan memilih buat mengunci diri di dalam kamar. Di tengah perjalanan menuju pengadilan agama, si Ibu ini dapet telvon dari rumah yang ngabarin kalo anaknya terluka. Ternyata, waktu di lihat sama si Ibu, anaknya udah tergeletak di kasur dengan urat nadi teriris (mengikuti kebiasaan si Ibunya)
Ini adalah paragagraf terakhir dari U Turn:
Aku histeris berteriak. Anakku berbaring tak bergerak. Mukanya pucat. Ia telah menjadi mayat. Anakku memang tidak mewarisi nama Ibunya. Anakku mengambil sifat dan kepala batunya. Ibunya menyayat lengan, anakku mengiris habis pergelangan. Aku marah pada benda-benda tajam yang tertinggalkan. Aku marah pada tanda-tanda darah yang kupamerkan.Suamiku melihat tanda itu sesudahnya memikirkan. Anakku melihat tanda it selanjutnya menirukan. Anakku memotong nadinya terlalu dalam.
Hari ini hari perceraian. Hari ini kami tidak jadi ke pengadilan. Hari ini kami ke kuburuan.
Setelah ngebaca buku ini dari Cerpen pertama sampai Cerpen yang terakhir, gue ngerasain banyak rasa pahit yang dituangkan sama Tamara di bukunya. Banyak masalah tentang perceraian, pengkhianatan, hubugan sesama jenis, hubungan anak dan Ibu yang ngga akur, sampe hubungan kekecewaan terhadap Tuhan yang di angkat di sini. Sampai gue akhirnya mikir "Inikah hidupnya seorang Tamara?" Ntah kenapa, gue kok ngerasa, ada sisi tersembunyi dari dia yang pengen dikeluarin disini. Sometime as an author, lo gak bisa untuk tegak berdiri antara profesionalisme dan kehidupan pribadi. Dua soal ini jadi mengait satu sama lain. Kedengerannya sih sok tau ya? heheh.. tapi, yahh.. ini yang gue tangkep lho.
We all know kalo Tamara mengadopsi seorang anak. We also know kalo suaminya itu adalah Vietnamesse. Ntah kenapa, gue ngerasa ini adalah bentuk dualisme nya seorang Tamara as an author and as person (yang mungkin bercampur dengan imajinasinya)
Istri saya tiba-tiba mengambil seorang anak untuk kami adopsi. Bagaimana mungkin saya bisa mencintai anak yang bukan darah daging kami sendiri? Kalau kedua orangtua biologisnya saja membuang anak itu, mengapa saya (yang diketahui betul oleh istri saya sebagai anti sosial) harus bertanggung jawab atasnya? Juga bagaimana mungkin seluruh keluarga istri saya seakn-akan mendukung keinginan gila anak mereka? Saya seperti orang lemah yang dipaksa membuka mata yang bukan dipakai untuk melihat jalan.....
Gue punya kebiasaan aneh waktu baca buku. Selaen baca ceritanya, gue juga baca .... kata pengantarnya. hhihihihi... Gue suka aja baca nya, karena disitu pasti seorang penulis mengucapkan terima kasih untuk siapa-siapa yang yang dia anggap berjasa buat mewujudkan buku itu. Sebuah karya ngga bakal bisa dinikmatin sama khalayak luar tanpa ada bantuan dari banyak pihak kan? Baik itu materi, doa, dukungan, moment berbagi dan apalah itu. Langsung maupun tidak langsung.
Perlu gue akuin, so far, Tamara-lah yang membuat gue terkagum-kagum dengan caranya dia mengucapkan terima kasih kepada sanak keluarga, dan kerabatnya. Kata-katanya keren dan bikin gue betah buat bacanya berulang kali as if it is the 13 th short story that she wrote on the book. Hehehe...,This is the most faforite thank u line that she said:
Kasih dan hormat pada Leopold Tambunan dan Yusni Sibarani yang mungkin letih dan makan hati demi selalu berusaha memahami anaknya yang sulit ini. Percayalah, aku mencintai kalian meski dengan caraku sendiri.
My two great sisters Kika dan Ui, two brothers Coky dan Joy, in law Aldrin, terimakasih untuk tidak pernah berubah. Mengingatkan bahwa kadang mengejar tujuan adalah dengan cara berlari pulang.
My solid right hand dalam suka dan duka, situasi tenang maupun terburu-buru, jalan umum maupun tol, lalu lintas lenggang atau macet sampai turun mesin memisahkan kita. Terimakasih Karjo, Tuhan memberkati kamu sekeluarga.
Terakhir, buat dia dan dia yang menyerahkan diri menjadi teman membunuh malam-malam yang kadang tinggal terlalu lama di kamar tempatku memulai semua tulisan ini. Terimakasih buat cinta kita yang akhirnya teruji dan dijalani dengan cara tersepakati dalam hati. Sesuatu yang takkan pernah habis kuberi walaupun teriris mati tentunya hanya cinta...
Can't wait for her next books. U rockkk TeGe. U become one of my faforite and inspiring author.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar